Masalah-Masalah Kependudukan Yang Berdampak Negatif Terhadap Lingkungan
PERMASALAHAN PENDUDUK
Permasalahan penduduk di Indonesia:
Masalah akibat angka kelahiran
Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam
hal penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan.Selain itu pertumbuhan
penduduk akan semakin meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang
akan menunjukkan korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan penduduknya.
Masalah akibat angka kematian
Semakin bertambah angka harapan hidup berarti perlu adanya peran pemerintah
dalam menyediakan fasilitas penampungan dan penyediaan gizi yang memadai bagi
anak balita.Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak
terhadap reputasi indonesia di mata dunia.
Masalah yang timbul akibat jumlah penduduk adalah aspek ekonomi dan pemenuhan
kebutuhan hidup keluarga karena banyaknya beban tanggungan sehingga sulit untuk
memenuhi gizi yang dibutuhkan.
Masalah mobilitas Penduduk
Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukkan peningkatan yang terus
menerus hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi dengan perkembangan
industri pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan.
Selain itu, semakin banyak terjadi urbanisasi karena orang-orang desa yang
dulunya kecukupan pangan namun tidak menikmati pembangunan mulai
berbondong-bondong pindah ke kota. Generasi muda tidak ada yang mau menjadi
petani.
Masalah Kepadatan Penduduk
Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan
pembangunan baik fisik maupun nonfisik yang selanjutnya mengakibatkan keinginan
pindah semakin tinggi.
Dampak Permasalahan Penduduk Terhadap Lingkungan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan dan keragaman alam
serta budaya yang luar biasa. Indonesia merupakan negara mega biodiversity
kedua setelah Brazil. Indonesia memiliki 42 ekosistem darat dan 5 ekosistem
yang khas. Indonesia juga memiliki 81.000 km garis pantai yang indah dan kaya.
Luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 22 % dari seluruh luas mangrove
di dunia.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Indonesia merupakan negara dengan nomor
urut keempat dalam besarnya jumlah penduduk setelah China, India, dan Amerika
Serikat. Menurut data statistik dari BPS, jumlah penduduk Indonesia saat ini
adalah 225 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan bayi sebesar 1,39 % per tahun.
Angka pertumbuhan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan
bayi pada tahun 1970, yaitu sebesar 2,34%. Dengan jumlah penduduk sebesar 225
juta jiwa, maka pertambahan penduduk setiap tahunnya adalah 3,5 juta jiwa.
Jumlah itu sama dengan jumlah seluruh penduduk di Singapura.
Lonjakan penduduk yang sangat tinggi atau baby booming di Indonesia akan
berdampak sangat luas, termasuk juga dampak bagi ekologi atau lingkungan hidup.
Hal itu dapat mengganggu keseimbangan, bahkan merusak ekosistem yang ada. Menurut
Poo Tjian Sie, coordinator Komunitas Tionghoa Peduli Lingkungan Hidup,
lingkungan hidup adalah kesatuan ekosistem atau system kehidupan yang merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, (tatanan alam),dan makhluk
hidup, termasuk manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Dengan jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, membuat tekanan terhadap
lingkungan hidup menjadi sangat besar. Paling tidak, 40 juta penduduk hidupnya
tergantung pada keanekaragaman hayati di pantai dan perairan. Pada saat yang
sama, bahwa sekitar 20% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan.
Sekitar 43% penduduk Indonesia masih tergantung pada kayu bakar. Dan pada tahun
2003, hanya 33% penduduk Indonesia mempunyai akses pada air bersih melalui
ledeng dan pompa. Tahun 2000, Jawa dan Bali telah mengalami defisit air
mencapai 53.000 meter kubik dan 7.500 meter kubik, sementara di Sulawesi 42.500
meter kubik. Saat yang sama banjir telah melanda di berbagai tempat di
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia telah salah mengelola
air di Bumi ini.
Dampak lonjakan penduduk di Indonesia terhadap lingkungan hayati, sudah
dapat kita lihat sejak tahun 2001, laporan Bank Dunia menyebutkan, bahwa luas
hutan mangrove di Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan, dari
4,25 juta hektar pada tahun 1982, menjadi 3,24 juta hektar pada tahun 1987 dan
menjadi hanya 2,06 juta hektar pada tahun 1995. Di sektor kehutanan telah terjadi
deforestasi yang meningkat dalam dekade ini. Bank Dunia (2003) dan Departemen
Kehutanan melaporkan tingkat deforestasi di Indonesia telah mencapai lebih dari
dua juta hektar per tahun. Apabila tingkat kehilangan hutan ini tetap 2 juta
hektar per tahun, maka 48 tahun ke depan, seluruh wilayah Indonesia akan
menjadi gurun pasir yang gundul dan panas. Lautan di Indonesia juga mengalami
kerusakan terumbu karang. Data dari Bank Dunia bahwa saat ini sekitar 41%
terumbu karang dalam keadaan rusak parah, 29% rusak, 25% lumayan baik, dan
hanya 5% yang masih dalam keadaan alami. Sekitar 50% hutan bakau di Sulawesi
telah hilang (sebagian besar menjadi tambak udang). Beberapa kawasan juga
mengalami pencemaran. Ini terjadi di kawasan-kawasan yang sibuk dengan kegiatan
pelayaran, atau perairan yang bersinggungan dengan kota-kota besar, seperti
perairan teluk Jakarta dan Surabaya.
Menurut Ir. Boby Setiawan MA., PhD, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup
UGM, untuk mamalia terdapat sekitar 112 jenis yang terancam punah di Indonesia.
Sementara untuk burung, terdapat sekitar 104 jenis yang mengalami ancaman
serius.
Menurut Malthus, pertumbuhan jumlah penduduk, bila tidak dikendalikan, akan
naik menurut deret ukur (1,2,4,8,dst). Produksi pangan meningkat hanya menurut
deret hitung (1,2,3,4,dst). Di Indonesia dengan ledakan penduduk saat ini,
mengakibatkan dampak sosial yaitu mengalami krisis pangan. Bahkan di dunia pun
terjadi krisis pangan global.
Selain itu, semakin banyak terjadi urbanisasi karena orang-orang desa yang
dulunya kecukupan pangan namun tidak menikmati pembangunan mulai
berbondong-bondong pindah ke kota. Generasi muda tidak ada yang mau menjadi
petani.
Tahun 2008 dicanangkan sebagai tahun sanitasi sedunia. Jumlah penduduk yang
melonjak dipastikan menambah persoalan sanitasi. Sekitar 1 juta jamban di
kawasan Jabotabek dibangun dengan jarak kurang dari 10 meter dari sumur. Jika
penduduk kota terus melonjak, entah karena urbanisasi atau kelahiran alami,
sementara jumlah WC nya tetap bisa dibayangkan sendiri akan menjadi apa jamban
tersebut. Kualitas hidup di kota menjadi merosot. Beragam penyakit seperti
diare akan menyebar.
Ujung dari semua ledakan penduduk itu adalah kerusakan lingkungan dengan
segala dampak ikutannya seperti menurunnya kualitas pemukiman dan lahan yang
ditelantarkan, serta hilangnya fungsi ruang terbuka. Dampak lonjakan populasi
bagi lingkungan sebenarnya tidak sederhana. Persoalannya rumit mengingat
persoalan terkait dengan manusia dan lingkungan hidup. Butuh kesadaran besar
bagi tiap warga negara, khususnya pasangan yang baru menikah, untuk
merencanakan jumlah anak.
Gambaran Umum Pengaruh Kependudukan Terhadap
Lingkungan
Lingkungan alam ini saling berhubungan karena setiap organisme, dari kuman
untuk ikan paus kepada orang-orang, adalah bagian dari rantai makanan yang
bergantung pada habitat yang sehat untuk bertahan hidup.” Sebagai penduduk
tumbuh, ada yang kurang dari sumber daya dunia bagi setiap orang, pribadi kita
sepotong kue semakin kecil. Pernyataan itu menyiratkan bagaimana tindakan
manusia dan bahkan semakin banyak orang yang membutuhkan sumber daya, dampak
negatif terhadap lingkungan.
Daya dukung merujuk pada jumlah orang bumi dapat mendukung secara
berkelanjutan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat
pemanfaatan sumber daya dan distribusi sumber daya. Daya dukung diperkirakan di
berbagai derajat dari angka terendah satu miliar sampai sekitar 44 milyar. Daya
dukung telah ditingkatkan oleh ilmu pengetahuan dan diperkirakan bahwa jika
Dunia melebihi “daya dukung” nya maka ilmu akan menjadi harapan terakhir kami
untuk menemukan solusi.
Peran Teknologi Dalam Lingkungan Hidup
Teknologi saat ini, kebijakan, dan pengaruh budaya hubungan antara dinamika
populasi manusia dan lingkungan alam. Perubahan teknologi yang paling
terpengaruh kondisi lingkungan yang berhubungan dengan penggunaan energi.
Konsumsi minyak, gas alam, dan batubara meningkat secara dramatis selama abad
kedua puluh. Sampai sekitar tahun 1960, negara-negara maju bertanggung jawab
untuk kebanyakan konsumsi ini. Sejak itu, bagaimanapun, industrialisasi di
negara-negara berkembang yang baru telah mengakibatkan ketergantungan lebih
besar pada intensif dan sangat mencemari proses produksi-sumber daya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar